Saturday, May 21, 2016

Neurophone : Sekilas Pandang

Neurophone.....Ada yang tau apa itu??
Mungkin orang awam tidak begitu mengerti mengenai benda ini.
Neurophone sendiri menjadi topik Tugas Akhir saya di program studi Teknik Elektro di suatu Institut ternama di Bandung. Benda ini belum terlalu terkenal di masyarakat umum. Langsung pada penjelasan ilmiah ya.

Neurophone gampangnya adalah alat bantu dengar bagi penderita degenerasi pendengaran/tuli/kelainan pendengaran lain.
Metode yang ingin dicapai oleh Neurophone ini adalah dengan melewatkan informasi suara melalui organ telinga lain yang disebut sakulus. Sakulus yang kita kenal di dunia medis sebagai organ keseimbangan bekerja sama dengan saluran 3 1/2 lingkaran.
Pencetus ide ini sendiri adalah Dr. Flannagan, ilmuwan elektro-biomedis, dia berpendapat bahwa sakulus memiliki fungsi lain yang tidak kalah penting selain keseimbangan, yaitu menangkap frekuensi ultrasonik.
Berlanjutlah ide tadi, untuk memasukkan informasi suara lewat frekuensi ultrasonik agar diterima si sakulus ini.
Kenapa harus repot" pakai sakulus ini? Karena tujuan kita tadi untuk membantu penderita gangguan pendengaran, yang notabene pendengaran umum selalu melewati jalur dan organ yang sama, yaitu gendang telinga, rumah siput, saraf pendengaran,  yang biasanya organ" ini sudah rusak (salah satu atau semua). Oleh karena itu, Dr. Flannagan coba untuk menawarkan rute pendengaran yang baru.

Ide besarnya adalah kita sebenarnya bisa memberi segala macam input/rangsangan/impuls apapun ke tubuh, tanpa melalui organ reseptor yang sesuai dengan jenis rangsangan itu, Contoh ni ya :
  • Kita bisa mendengar melalui rangsangan yang cuma ditempel ke kulit
  • Kita bisa mngecap/mengenal rasa dari mencium dari hidung
Intinya tubuh (otak) dianggap sebagai kesatuan reseptor (penerima) segala jenis rangsangan. Tubuh tidak dibeda"kan menjadi jenis reseptor yang berbeda" untuk masing2 rangsangan.

Oke kalau memang otak dianggap satu kesatuan, Lalu bagaimana otak dapat membedakan rangsangan yang masuk yg berbeda"??
Jawabannya adalah dengan penyandian (coding) masing2 rangsangan dibedakan sesuai yang diketahui otak. Jadi kita perlu mempelajari sandi/kode otak ketika menerjemahkan rangsangan bau, rangsangan suara, rangsangan sentuhan, rangsangan pengecap, dsb.
Gampangnya gini deh, kita perlu tahu bahwa si otak, memberi kode 1 ke rangsangan suara, kode 2 ke bau, kode 3 ke sentuhan, dst.
Sehingga, ilmuwan akan mampu mencapai ide besar itu apabila dapat menyesuaikan penyandian (kode) impuls yang diberi ke tubuh sesuai dengan kode yang dipahami oleh otak. That's the biggest challenge, to even study the brain.

Sudah paham?? Kalau belum saya kasih ilustrasi lagi :
Jadi misal pak gubernur ingin mengubah sistem pelayanan yang semula adalah dibedakan setiap pos untuk pelayanan yang berbeda, menjadi sistem pelayanan terpadu satu pintu. Sistem pelayanan ini dapat menerima segala jenis pelayanan di satu loket yang sama. Sama seprti tubuh yang memiliki hidung, mulut, telinga, kulit, mata, sekarang di sederhanakan menjadi satu indra saja yaitu tubuh.

Lalu bagaimana si petugas loket (dalam hal ini otak) membedakan jenis pelayanan (dalam hal ini rangsangan) yang harus ia tangani . Adalah dengan melihat jenis form (kode rangsangan) yang diberikan, lalu petugas dapat mengerti, karena petugas telah diberikan ilmu bahwa untuk form bentuk A, pelayanan nya A, form bentuk B pelayanan B, dst. Sama seperti otak, otak melihat kode rangsangan yang diberikan lalu memprosesnya sesuai dengan kode yang diketahui otak.

Nah sekarang udah ngerti ide besarnya kan.....Untuk ilustrasi, mau nonton video Neurophone, ni ada satu video bagus :

Video ini, saya sangat berharap bisa menginspirasi young innovators in Indonesia ya

No comments:

Post a Comment